2012/08/16

Materi Survival


Tiba-tiba pada suatu saat anda berada pada lokasi yang terisolir jauh dari peradaban. Oleh karena itu, maka dituntut suatu usaha untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan keadaan yang ada disekitar. Hal ini berarti alam beserta isinya bukanlah merupakan kawan atau lawan. Sebenarnya alam tidak memihak, jadi dalam hal ini faktor penting dalam survival adalah kemauan untuk tetap hidup dan kemauan untuk mencari makan.
S – Sadarilah sungguh-sungguh situasi kita
U – Untung malang tergantung ketenangan kita
R – Rasa takut dan panik harus kita kuasai
I – Ingatlah dimana kita berada
V – Vakum berarti kekosongan, isilah segera
V – Vivo (vivere) berarti hidup, hargailah hidup
A – Adat istiadat perlu ditiru
L – Latihlah diri kita dan belajarlah selalu
Dari uraian diatas dapat disimpulkan difinisi dari survival, yaitu :
- Suatu usaha untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat dan berusaha untuk mengatasinya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
- Perjuangan untuk hidup.
Survival sendiri terdiri dari survival darat dan survival laut. Dapat dibagi lagi berdasarkan jenis medannya, sehingga dikenal :
a. Survival di hutan.
b. Survival di laut.
c. Survival di padang pasir.
d. Survival di kutub.
Pedoman yang harus digunakan
Hiduplah dengan segala yang ada disekitar kita, jangan menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas.
Dalam kalimat diatas pedoman yang harus digunakan adalah pedoman untuk HARUS HIDUP yang berarti :
H – Hadapilah situasi sulit dengan tenang dan bijaksana
A – Akal merupakan senjata ampuh
R – Rasa takut harus dihilangkan
U – Usaha melepaskan diri dari berbagai hal
S – Semangat dan tekad untuk mepertahankan hidup
H – Hormati adat setempat
I – Istirahat
D – Jangan sampai terjebak
U – Usahakan selamat dan jaga kesehatan
P – Praktekkan
Dalam Teknik Jungle Survival, secara umum teknik ini dibagi menjadi dua macam tindakan. Tindakan yang pertama adalah tindakan secara umum atau biasa dikenal oleh para pencinta alam dengan teori STOP. Tindakan berikutnya adalah tindakan pada saat terjadi musibah. Baiklah, mari kita mulai membicarakan tentang beberapa tindakan secara umum.
Tindakan Umum

Dalam menghadapi situasi yang sulit berusahalah untuk tetap tenang, istirahat yang cukup, perhatikan kondisi tubuh. Dan ingat pedoman STOP
S = Stop, berhenti dan beristirahat
T = Thinking, berfikir dan menyadari masalah yang dihadapi
O = Observe, mengamati keadaan sekeliling
P = Planning, membuat rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Problem yang dihadapi seseorang akan lebih banyak daripada berkelompok, karena semua resiko yang akan terjadi hanya dihadapi sendirian. Jangan bertindak sendiri sendiri jika survivor lebih dari satu orang.
Adanya pembagian tugas dan kerjasama kelompok dapat menghemat waktu dan tenaga. Demikian juga masalah psikologis akan lebih teratasi.
Tumbuhkan rasa kebersamaan berkelompok dan toleransi antar individu. Pilih salah seorang yang dianggap mampu untuk jadi pemimpin. Buatlah rencana dan ambil keputusan berdasarkan musyawarah.
Tindakan Saat Musibah
Beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk tetap tinggal di lokasi dan menunggu pertolongan tim SAR adalah :
* Survivor mengetahui bahwa telah terindeks oleh hubungan radio. Atau rute perjalanan ada yang mengetahui.
* Cari daerah terbuka untuk memudahkan tim SAR mengetahui dan bisa melakukan komunikasi lapang.
* Cari lokasi yang terdapat sumber air dan persediaan makanan.
Menangani survivor yang menderita
Tindakan yang perlu dilakukan :
• Rawat survivor yang menderita atau sakit
• Membuat tempat berlindung yang aman dari cuaca buruk dan hewan yang berbahaya
• Hemat persediaan makanan yang ada dan berusaha untuk mencari tambahan di sekitar lokasi
• Siapkan dan buatlah tanda darat ke udara dengan piroteknik maupun dengan benda lainnya. Seperti smoke signal, flare, cermin, kain warna kontras, asap hasil membakar sampah, dan lain lain.
Tindakan bila meninggalkan lokasi :

1. Siapkan bahan dan perlengkapan yang berguna dan dapat dibawa dalam perjalanan
2. Tentukan arah yang dituju berasarkan kompas, matahari, atau alat penunjuk lainnya.
3. Tinggalkan pesan yang berisi jumlah survivor, kondisi fisik, perlengkapan dan bahan yang dibawa, serta arah yang dituju
4. Buatlah jejak yang jelas selama melakukan perjalanan
5. Ikuti punggungan gunung dan jangan mengikuti lembah atau sungai apabila berada di daerah pegunungan
6. Carilah makanan dan air sebelum persediaan yang dibawa habis
7. Cari dan buatlah tempat perlindungan atau bivak dan hindari melakukan perjalanan malam
8. Buatlah perapian untuk memasak, menghangatkan tubuh untuk melindungi diri dari serangga dan binatang buas.
Beberapa hal yang harus diingat bila survivor adalah sebuah kelompok:
1. Setiap kegiatan survival harus terorganisir
2. Tentukan hanya satu pemimpin
3. Kembangkan rasa ketergantungan
4. Dalam keadaan apapun pemimpin harus siap mengambil keputusaan dan kelompok harus dalam keadaan utuh.

PIONERING
Pengetahuan pionering dimaksudkan untuk memberikan petunjuk bagaimana seorang penjelajah melakukan perjalanan di alam bebas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu seorang penjelajah untuk merambah hutan atau daerah yang sangat rawan dalam maksud apapun yaitu dengan jalan pemilihan lintasan yang nantinya akan membantu seorang petualang.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang pioner adalah bagaimana dia membawa diri atau kelompoknya untuk mencapai target yang disepakati dengan selamat. Oleh sebab itu seorang pioner harus memiliki pengetahuan dalam mencari jalan yang baik, enak, dan nyaman. Kedua adalah mencari tempat berlindung yang baik serta mampu membaca situasi disekelilingnya. Ketiga membuat perapian. Keempat adalah dapat mencari makanan (survival).
Pemilihan lintasan ini ada beberapa cara antara lain yang sering dilakukan adalah:
1. Memilih jalan setapak yang telah dibuat oleh penduduk setempat atau jalan yang telah biasa dilalui oleh sekelompok binatang hutan. Dapat juga memilih lintasan yang mudah yaitu dengan mengikuti aliran sungai yang dangkal dan daerah yang terbuka.
2. Mengikuti punggungan gunung.
Tetapi harus hati-hati dalam memilih jalan ini karena binatang buas sering menggunakan jalur ini karena lebih baik mencari mangsa di ketinggian dan lebih aman.
Membaca jejak sangat berguna bagi seorang pioner.
Biasanya pembacaan jejak dilakukan dengan jalan:
1. Membaca tanda-tanda jejak yang terdapat di tanah.
2. Terdapat ranting patah.
3. Sisa makanan.
4. Cacat khusus pada pohon atau tanaman.
5. Dan sebagainya.
Cara membaca jejak dapat dilakukan dengan memperhatikan sekeliling apakah ada keanehan atau perubahan disekeliling dengan tanda-tanda khusus seperti didsebutkan di atas.
Dalam mencari tempat berlindung yang baik dan perlu diingat adalah :
1. Mencari suatu tititk ketinggian dari daerah sekitarnya.
2. Memperhatikan arah mata angin.
3. mencari tanah yang kering.
4. Dianjurkan jangan di bawah pohon lapuk.

BIVAK
Pengertian yang umum adalah tempat tinggal sementara untuk bertahan hidup yang besifat melindungi dari serangan hawa panas atau dingin dan tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan survival dalam hal mencari tempat berlindung untuk melakukan pertahanan hidup dari kondisi lingkungan yang buruk. Pembuatan bivak dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang diperoleh dari alam, seperti daun dan ranting kayu.
Bila seorang pendaki atau bersama-sama pastikan membawa tenda atau minimal jas hujan dan kantong plastik besar. Tenda merupakan tempat yang paling baik untuk beristirahat dan menentukan target berikutnya untuk esok hari dalam perjalanan serta aman dari angin dan hujan. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk mendirikan bivak yang sesuai dengan syarat:
1. Bangun pada tempat yang datar
2. Jangan mendirikan bivak di puncak gunung
3. Jangan mendirikan tenda di puncak dan terbuka untuk menghindari bahaya petir
4. Jangan mendirikan tenda tepat di tempat yang cekung
5. Hindari pendirian tenda tepat di bawah kayu lapuk atau mati
6. Tempatkan bagian terbuka dari bivak berlawanan dengan arah mata angin. Dengan mengetahui arah mata angin, maka lebih mudah membaca jatuhnya air hujan sehingga dapat menentukan tempat perapian yang baik.
1. Tujuan Bivaking :
a. Melindungi diri dari faktor alam dengan tidak merusak lingkungan alamnya.
b. Merupakan teknik survival
c. Tempat koordinasi/perencanaan lebih lanjut
d. Sebagai tanda komunikasi.
2. Sebab-sebab bivack:
a. Tersesat
b. Perjalanan terhenti karena hujan
c. Kemalaman
d. Operasi SAR, dll.
3. Pembuatan bivack:
a. Bahan dari alam pohon (utuh maupun tumbang)daunan, ranting, gua, atau lobang.
b. Bahan sintetik berupa bahan yang kita bawa seperti ponco, parachute, tali, dsb
4. Jenis bivack:
a. Bivoack darurat berupa daunan dan ranting
b. Bivoack sementara berupa ponco
c. Bivoack semi permanen berupa gua atau gubuk sederhana.
5. Pemilihan tempat
6. Kemiringan (pengaruh arah angin dan aliran air)
a. Teduh dan perlindungan dari air
b. Keamanan dari faktor alam
c. Lapang
d. Pemandangan indah
e. Jenis tanah (stabil/labil)
f. Dekat dari fasilitas yang dibutuhkan seperti air,sumber makanan.
Tempat membangun bivak
Pada dasarnya bivak bisa dibuat di atas pohon dengan jalan membuat penyangga. Usahakan dengan menggunakan bahan yang kuat seperti bambu, kayu, dll.
Pada umumnya bivak dibuat di atas tanah yang dapat dilakukan pada:
1. Bekas pohon yang telah tumbang yang membentuk rongga di bawahnya. Tetapi harus diperhatikan kualitas kayunya demi keselamatan kita.
2. Bila ditemukan gua sebaiknya diperiksa sekitar gua apakah ada jejak, bau amis, sisa kotoran dari binatang buas. Jika tidak ada, gua dapat ditempati tetapi sebelumnya harus dibersihkan dulu.
3. Membangun dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita.
4. Pada daerah yang berbatu, carilah daerah berbatu kokoh dan tidak mudah runtuh.
B. Cara membangun bivak
1. Lakukan penyesuaian antara tempat dengan tenda yang kita bawa. Itu kalau kita membawa tenda.
2. Ponco atau kantong plastik.
3. Menggunakan bahan-bahan alam.
F. PENGETAHUAN FLORA DAN FAUNA
1. Definisi
Pengetahuan tentang segala macam jenis tumbuhan dan hewan baik yang beracun maupun tidak yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat.
2. Flora
Begitu banyak tumbuhan yang ada disekitar tropis (300.000 jenis tumbuhan ) sehinga kita tidak kesulitan menentukan yang aman untuk dimakan.
Beberapa patokan yang dapat dipakai:
a. Hindari tanaman yang daunnya berbulu
b. Hindari tanaman yang bergetah putih
c. Hindari tanaman yang rasannya aneh(gatal, panas, getir)
d. Hindari tanaman yang warnanya mencolok
e. Makanlah tanaman yang dimakan binatang terutama monyet
f. Cara mengenal dan merasakan adalah dengan ujung lidah, apabila ada rasa yang aneh jangan diteruskan atau dengan menggunakan bahan logam dari stainless (pisau, silet,
dll)ditorehkan, tunggu beberapa waktu apabila ada perubahan berwarna ungu termasuk beracun.
Jenis tumbuhan yang dapat dimakan:
a. palmae dimakan umbinya
b. rotan dan genang dimakan umbinya
c. umbi-umbian kecuali daunnya yang berwarna biru, kecuali dalam keadaan terpaksa maka rendamlah dalam air mengalir selama minimal 24 jam.
d. Tumbuhan melata seperti semanggi, daun kaki kuda, krokot, dapat langsung dimakan tanpa direbus.
e. Rumput alang-alang dimakan ubinya.
f. Talas dapat dimakan mulai umbinya sampai dengan daunnya dengan cara direbus berulang-ulang.
g. Perdu, rassa mala, ciplukan, murbai hutan dapat dimakan buahnya.
h. Pakihaji dimakan umbinya tetapi tidak biji dan daunnya.
i. Tumbuhan yang beracun adalah sogotelik, biji dan batangnya beracun, tapi daunnya untuk obat batuk. Sedangkan jarak racun ada dibijinya.
3. Fauna
a. Vertebrata, hampir semua hewan bertulang belakangdapat dimakan kecuali yang berkelenjar bau.
1) Aves, umumnya daging dan telornya dapat dimakan kecuali yang memakan buah-buahan yang beracun.
2) Reptil, kura-kura, penyu tidak berbahaya untuk dimakan daging dan telurnya kecuali penyu air tawar jantan yang pada masa sedang kawin, karena dagingnya beracun.
3) Ular yang dapat dimakan adalah ular yang tidak berbisa, dengan dimasak terlebih dahulu, contohnya ular sanca. Selain itu ular yang berbisa pun dapat dimakan asal kita tahu bagian tubuh yang berbisa, misalnya ular tanah dibuang 1/3 bagian depan, ular laut (abu-abu kehitaman) buang ½ dari depan.
4) Biawak, kadal, cecak, tokek dimasak dengan dibuangkepalanya.
5) Ampibi semua dapat dimakan kecuali katak buduk dan katak pohon kecuali kakinya, tetapi katak ini mempercepat denyut jantung
6) Ikan, semua ikan dapat dimakan kecuali ikan buntel (ikan kembung)
7) Cacing, cacing tanah dapat dimakan setelah dibuang isi perutnya.
b. Invertebrata
1) Insecta: lebah, capung, jangkrik, laron dapat dimakan dengan direbus atau dibakar.
2) Mulosca: siput, kerang, tripang, remis dapat dimakan tapi jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan keracunan.
Cara mengenal dan merasakannya
Untuk dapat memahami dan mengenal suatu rasa untuk dapat dimakan atau tidak ada hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Masak terlebih dahulu sesempurna mungkin
b. Kunyah beberapa waktu jangan ditelan
c. Manfaatkan flora dan fauna yang sudah dikenal dan tidak berbahaya,jangan mencoba- coba kecuali terpaksa.
Catatan : survival bukanlah suatu ilmu yang hanya cukup teori saja tetapi mengenal flora & fauna adaptasi secara langsung.
CARA MENGAMBIL AIR
Ketahanan hidup manusia tergantung dari air,setelah itu baru faktor-faktor lain.Dengan bekal air saja kita bisa bertahan hidup sampai waktu 2 minggu, tetapi hidup tanpa air kita akan bertahan
2-5 hari.
1. Mencari air pada pegunungan perkapuran dan daerah kering lainnya.
Pada daerah kapur air dapat diperoleh melalui ceruk-ceruk dan gua-gua yang banyak dijumpai kemungkinan air berasal dari tetesan air gua yang berasal dari langit-langit.
2. Pada daerah pasir atau kering lainnya.apabila pada kondisi tersebut tidak dapat ditemukan air dapat diperoleh dengan cara destilasi sederhana.
Alat yang dibutuhkan
-Rantang/nesting atau alat penampung lainnya
-selembar plastik atau ponco.
-pemberat dan pencepit.
Mencari air pada hutan hujan daerah tropis
Untuk mencari pada daerah hutan hujan tropis lebih mudah dari bekas curahan air hujan yang terkumpul dari cekungan batu, atau dilekukan daun. Pada musim hujan air terdapat pada tetesan embun yang menempel dirumput atau lumut. Dengan mengusapkan sapu tangga atau media lain
yang meresap diperas atau langsung diisap.
Cara lain mendapatkan air
- Pada pohon pisang masih hidup dibuat lobang
- Pada rotan untuk mendapatkan air pililah rotan yang rendah lalu potong 4 sampai 5 kaki, maka air akan menetes.
- Daging ikan, sayatannya masukkan dalam sapu tangan kaku, peras dengan kuat sampai menetes
cairan yang siap diminum.
- Pada tumbuhan kaktus,ambil getahnya lalu diminum
Catatan: Dalam keadaan apapun jangan sampai minum air kencing.
TANDA DAN ISYARAT
Usaha mempertahankan hidup, suvivor harus berusaha membuat tanda dan isharat agar mudah ditemukan regu pencari.
1. Tanda dan isyarat berupa api, asap, kaca, atau alat lain yang menarik perhatian.
2. Rencanakan isyarat yang digunakan sesuai sarana. Bertindaklah sesuai dengan kemampuan bila terdengar denggung pesawat atau helikopter. Usahakan menggirim isyarat walaupun
pesawatnya sudah berlalu. Sebab memungkinkan isyarat tersebut tidak terlihat pada sapuan pertama atau kedua, biasanya penyapuan dilakukan berulang-ulang (3 Kali)
3. Tanda isyarat yang paling menguntungkan adalah api, karena bisa menghangatkan badan dan memasak, asapnya bisa dipakai sebagai tanda SAR darat dan udara. Untuk mendapatkan asap yang putih dipakai waktu mendung, bakarlah daun-daun muda, bila cuaca cerah pakailah asap hitam bahan sintetis.
4. Tanda selain asap adalah bunyi-bunyian.
5. Isyarat-isyarat yang penting (terbuat dari batu-batuan dan
ditempat yang lapang)
a. luka parah
b. perlu obat-obatan
c. perlu peta kompas
d. minta makanan dan air
e. perlu lampu dan cahaya dengan baterai dan radio komunikasi
f. kemungkinan aman untuk mendaratan
g. semua dalam keadaan baik
CARA MEMBUAT API TANPA KOREK
1. Persiapan
Sediakan dahulu penyala yang kering betul sebelum kita memulai membuat api tanpa korek, setelah disiapkan lindungilah penyala ini dari angin dan kelembaban. Penyala yang baik sekali adalah kawut. Carilah kain, tali, pucuk palem yang mati, kulit kayu yang dicabik halus-halus, bubuk kayu kering, sarang burung, bahan bahan berambut dari tumbuhan bubuk kayu yang dibuat oleh serangga yang biasanya dijumpai dibawah batang yang mati.
2. Matahari dan gelas
Lensa kamera, lensa cembung dari teopong atau lensa teleskop atau lensa senter dapat dipakai untuk menyatukan cahaya matahari pada penyala kita.
3. Batu api dan baja
Bila mungkin inilah yang tebaik untuk menyalakan penyala bila kita tidak mempunyai korek api. Dekatkan penyala pada batu api, goreskan bajanya sehingga keluar percikan api yang mendekati
penyala api, kibas-kibaslah atau tiup bila penyala telah terbakar.
4. Gesekan kayu
Karena dengan jalan gesekan kayu adalah cara yang paling sukar, pakailah cara ini apabila tidak ada cara lain.
a. Busur dan gundi, buatlah busur yang kuat dengan mengunakan tali sepatu atau tali yang lain. Gurdikan kayu yang keras pada kayu yang lain sehingga keluar asap dan sediakan penyala agar mudah tebakar.
b. Tali api, pakailah seutas rotan yang kering kira-kira 2,5 cm dan kayu kering, belah dan ganjal kayu itu dengan batu, letakan ditanah,t aruhlah belahan itu pada penyala dan mulailah menarik rotan tersebut pula bolak-balik pada penyala sampai timbul asap.
c. Gesekan kayu atau bambu satu sama lain sehingga panas sekali dan timbul api. Cara ini paling sering digunakan.
d. Bubuk mesiu, tempatkan serbuk mesiu pada kayu yang telah dipukul-pukul dan mulailah mengoreskan dua buah batu hingga timbul percikan api, api tersebut dapat menyalakan bubuk mesiu
YANG HARUS DIINGAT DALAM KEADAAN SURVIVAL
1. Bersikaplah tenang
2. Hemat tenaga
3. Hindari sengatan matahari secara langsung
4. Jangan membuang atau membuka perlengkapan pelindung badan dengan alasan akan memberatkan didaerah gersang dan tandus kecuali keadaan memungkinkan.
5. Istirahat ditempat yang teduh dan jangan berbaring karena dapat menaikkan suhu badan.
6. Ingat selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
7. Jangan merokok
8. Cari makan dan minuman sebelum letih
9. Kreatif jangan malas apalagi apatis.
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
* Obat nyamuk, autan, dll
* Bunga kluwih dibakar
* Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
* Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
* Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
* Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
* Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
* Jangan dipijit-pijit
* Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
* Teteskan air tembakau pada lintahnya
* Taburkan garam di atas lintahnya
* Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
* Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
* Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
* Letakkan cabe merah pada jalan semut
* Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
* Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
* Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
* Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
* Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
* Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Sumber : http://forestertabagsel.wordpress.com

Pahami Dulu, Apa Itu Bid'ah?


Dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari, istilah "bid’ah" ini disandingkan dengan istilah "sunnah". Seperti dikutip Hadratusy Syeikh, menurut Syaikh Zaruq dalam kitab ‘Uddatul Murid, kata bid’ah secara syara’ adalah munculnya perkara baru dalam agama yang kemudian mirip dengan bagian ajaran agama itu, padahal bukan bagian darinya, baik formal maupun hakekatnya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW,” Barangsiapa memunculkan perkara baru dalam urusan kami (agama) yang tidak merupakan bagian dari agama itu, maka perkara tersebut tertolak”. Nabi juga bersabda,”Setiap perkara baru adalah bid’ah”.

Menurut para ulama’, kedua hadits ini tidak berarti bahwa semua perkara yang baru dalam urusan agama tergolong bidah, karena mungkin saja ada perkara baru dalam urusan agama, namun masih sesuai dengan ruh syari’ah atau salah satu cabangnya (furu’).

Bid’ah dalam arti lainnya adalah sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya, sebagaimana firman Allah S.W.T.:

بَدِيْعُ السَّموتِ وَاْلاَرْضِ
“Allah yang menciptakan langit dan bumi”. (Al-Baqarah 2: 117).

Adapun bid’ah dalam hukum Islam ialah segala sesuatu yang diada-adakan oleh ulama’ yang tidak ada pada zaman Nabi SAW. Timbul suatu pertanyaan, Apakah segala sesuatu yang diada-adakan oleh ulama’ yang tidak ada pada zaman Nabi SAW. pasti jeleknya? Jawaban yang benar, belum tentu! Ada dua kemungkinan; mungkin jelek dan mungkin baik. Kapan bid’ah itu baik dan kapan bid’ah itu jelek? Menurut Imam Syafi’i, sebagai berikut;

اَلْبِدْعَةُ ِبدْعَتَانِ : مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ, فَمَاوَافَقَ السُّنَّةَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَاخَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمَةٌ
“Bid’ah ada dua, bid’ah terpuji dan bid’ah tercela, bid’ah yang sesuai dengan sunnah itulah yang terpuji dan bid’ah yang bertentangan dengan sunnah itulah yang tercela”.

Sayyidina Umar Ibnul Khattab, setelah mengadakan shalat Tarawih berjama’ah dengan dua puluh raka’at yang diimami oleh sahabat Ubai bin Ka’ab beliau berkata :

نِعْمَتِ اْلبِدْعَةُ هذِهِ
“Sebagus bid’ah itu ialah ini”.

Bolehkah kita mengadakan Bid’ah? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita kembali kepada hadits Nabi SAW. yang menjelaskan adanya Bid’ah hasanah dan bid’ah sayyiah.

مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَاوَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِاَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا. القائى, ج: 5ص: 76.

“Barang siapa yang mengada-adakan satu cara yang baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun, dan barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang jelek maka ia akan mendapat dosa dan dosa-dosa orang yang ikut mengerjakan dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”.

Apakah yang dimaksud dengan segala bid’ah itu sesat dan segala kesesatan itu masuk neraka?

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
“Semua bid’ah itu sesat dan semua kesesatan itu di neraka”.

Mari kita pahami menurut Ilmu Balaghah. Setiap benda pasti mempunyai sifat, tidak mungkin ada benda yang tidak bersifat, sifat itu bisa bertentangan seperti baik dan buruk, panjang dan pendek, gemuk dan kurus. Mustahil ada benda dalam satu waktu dan satu tempat mempunyai dua sifat yang bertentangan, kalau dikatakan benda itu baik mustahil pada waktu dan tempat yang sama dikatakan jelek; kalau dikatakan si A berdiri mustahil pada waktu dan tempat yang sama dikatakan duduk.

Mari kita kembali kepada hadits.


كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
“Semua bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu masuk neraka”.

Bid’ah itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas; dalam Ilmu Balaghah dikatakan,

حدف الصفة على الموصوف

“membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya kita tulis sifat bid’ah maka terjadi dua kemungkinan: Kemungkinan pertama :

كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
“Semua bid’ah yang baik sesat, dan semua yang sesat masuk neraka”.

Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu mustahil. Maka yang bisa dipastikan kemungkinan yang kedua :


كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّاِر

“Semua bid’ah yang jelek itu sesat, dan semua kesesatan itu masuk neraka”.

Jelek dan sesat paralel tidak bertentangan, hal ini terjadi pula dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah membuang sifat kapal dalam firman-Nya :

وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبَا (الكهف: 79)
“Di belakang mereka ada raja yang akan merampas semua kapal dengan paksa”. (Al-Kahfi : 79).

Dalam ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan kapal baik apakah kapal jelek; karena yang jelek tidak akan diambil oleh raja. Maka lafadh كل سفينة sama dengan كل بد عة tidak disebutkan sifatnya, walaupun pasti punya sifat, ialah kapal yang baik كل سفينة حسنة .

Selain itu, ada pendapat lain tentang bid’ah dari Syaikh Zaruq, seperti dikutip Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Menurutnya, ada tiga norma untuk menentukan, apakah perkara baru dalam urusan agama itu disebut bid’ah atau tidak: Pertama, jika perkara baru itu didukung oleh sebagian besar syari’at dan sumbernya, maka perkara tersebut bukan merupakan bid’ah, akan tetapi jika tidak didukung sama sekali dari segala sudut, maka perkara tersebut batil dan sesat.

Kedua, diukur dengan kaidah-kaidah yang digunakan para imam dan generasi salaf yang telah mempraktikkan ajaran sunnah. Jika perkara baru tersebut bertentangan dengan perbuatan para ulama, maka dikategorikan sebagai bid’ah. Jika para ulama masih berselisih pendapat mengenai mana yang dianggap ajaran ushul (inti) dan mana yang furu’ (cabang), maka harus dikembalikan pada ajaran ushul dan dalil yang mendukungnya.

Ketiga, setiap perbuatan ditakar dengan timbangan hukum. Adapun rincian hukum dalam syara’ ada enam, yakni wajib, sunah, haram, makruh, khilaful aula, dan mubah. Setiap hal yang termasuk dalam salah satu hukum itu, berarti bias diidentifikasi dengan status hukum tersebut. Tetapi, jika tidak demikian, maka hal itu bisa dianggap bid’ah.

Syeikh Zaruq membagi bid’ah dalam tiga macam; pertama, bid’ah Sharihah (yang jelas dan terang). Yaitu bid’ah yang dipastikan tidak memiliki dasar syar’i, seperti wajib, sunnah, makruh atau yang lainnya. Menjalankan bid’ah ini berarti mematikan tradisi dan menghancurkan kebenaran. Jenis bid’ah ini merupakan bid’ah paling jelek. Meski bid’ah ini memiliki seribu sandaran dari hukum-hukum asal ataupun furu’, tetapi tetap tidak ada pengaruhnya. Kedua, bid’ah idlafiyah (relasional), yakni bid’ah yang disandarkan pada suatu praktik tertentu. Seandainya-pun, praktik itu telah terbebas dari unsur bid’ah tersebut, maka tidak boleh memperdebatkan apakah praktik tersebut digolongkan sebagai sunnah atau bukan bid’ah.

Keempat, bid’ah khilafi (bid’ah yang diperselisihkan), yaitu bid’ah yang memiliki dua sandaran utama yang sama-sama kuat argumentasinya. Maksudnya, dari satu sandaran utama tersebut, bagi yang cenderung mengatakan itu termasuk sunnah, maka bukan bid’ah. Tetapi, bagi yang melihat dengan sandaran utama itu termasuk bid’ah, maka berarti tidak termasuk sunnah, seperti soal dzikir berjama’ah atau soal administrasi.

Hukum bid’ah menurut Ibnu Abd Salam, seperti dinukil Hadratusy Syeikh dalam kitab Risalah Ahlussunnah Waljama’ah, ada lima macam: pertama, bid’ah yang hukumnya wajib, yakni melaksanakan sesuatu yang tidak pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, misalnya mempelajari ilmu Nahwu atau mengkaji kata-kata asing (garib) yang bisa membantu pada pemahaman syari’ah. Kedua, bid’ah yang hukumnya haram, seperti aliran Qadariyah, Jabariyyah dan Mujassimah. Ketiga, bid’ah yang hukumnya sunnah, seperti membangun pemondokan, madrasah (sekolah), dan semua hal baik yang tidak pernah ada pada periode awal. Keempat, bid’ah yang hukumnya makruh, seperti menghiasi masjid secara berlebihan atau menyobek-nyobek mushaf. Kelima, bid’ah yang hukumnya mubah, seperti berjabat tangan seusai shalat Shubuh maupun Ashar, menggunakan tempat makan dan minum yang berukuran lebar, menggunakan ukuran baju yang longgar, dan hal yang serupa.

Dengan penjelasan bid’ah seperti di atas, Hadratusy Syeikh kemudian menyatakan, bahwa memakai tasbih, melafazhkan niat shalat, tahlilan untuk mayyit dengan syarat tidak ada sesuatu yang menghalanginya, ziarah kubur, dan semacamnya, itu semua bukanlah bid’ah yang sesat. Adapun praktek-praktek, seperti pungutan di pasar-pasar malam, main dadu dan lain-lainnya merupakan bid’ah yang tidak baik.

Praktik Bid'ah Hasanah para Sahabat Setelah Rasulullah Wafat

Para sahabat sering melakukan perbuatan yang bisa digolongkan ke dalam bid'ah hasanah atau perbuatan baru yang terpuji yang sesuai dengan cakupan sabda Rasulullah SAW:

مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا


Siapa yang memberikan contoh perbuatan baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun. (HR Muslim)

Karena itu, apa yang dilakukan para sahabat memiliki landasan hukum dalam syariat. Di antara bid'ah terpuji itu adalah:

a. Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat Islam untuk mendirikan shalat tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar melihat orang-orang itu berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: "Sebaik-baik bid'ah adalah ini".

Ibn Rajar al- Asqalani dalam Fathul Bari ketika menjelaskan pernyataan Sayyidina Umar ibn Khattab "Sebaik-baik bid'ah adalah ini" mengatakan:

"Pada mulanya, bid'ah dipahami sebagai perbuatan yang tidak memiliki contoh sebelumnya. Dalam pengertian syar'i, bid'ah adalah lawan kata dari sunnah. Oleh karena itu, bid'ah itu tercela. Padahal sebenarnya, jika bid'ah itu sesuai dengan syariat maka ia menjadi bid'ah yang terpuji. Sebaliknya, jika bidطah itu bertentangan dengan syariat, maka ia tercela. Sedangkan jika tidak termasuk ke dalam itu semua, maka hukumnya adalah mubah: boleh-boleh saja dikerjakan. Singkat kata, hukum bid'ah terbagi sesuai dengan lima hukum yang terdapat dalam Islam".

b. Pembukuan Al-Qur'an pada masa Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq atas usul Sayyidina Umar ibn Khattab yang kisahnya sangat terkenal.

Dengan demikian, pendapat orang yang mengatakan bahwa segala perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah haram merupakan pendapat yang keliru. Karena di antara perbuatan-perbuatan tersebut ada yang jelek secara syariat dan dihukumi sebagai perbuatan yang diharamkan atau dibenci (makruh).

Ada juga yang baik menurut agama dan hukumnya menjadi wajib atau sunat. Jika bukan demikian, niscaya apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar sebagai­mana yang telah dituliskan di atas merupakan perbuatan haram. Dengan demikian, kita bisa mengetahui letak kesalahan pendapat tersebut.

c. Sayyidina Utsman ibn Affan menambah adzan untuk hari Jumat menjadi dua kali. Imam Bukhari meriwatkan kisah tersebut dalam kitab Shahih-­nya bahwa penambahan adzan tersebut karena umat Islam semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman juga memerintahkan untuk mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra', yaitu sebuah bangunan yang berada di pasar Madinah.

Jika demikian, apakah bisa dibenarkan kita mengatakan bahwa Sayyidina Utsman ibn Affan yang melakukan hal tersebut atas persetujuan seluruh sahabat sebagai orang yang berbuat bid'ah dan sesat? Apakah para sahabat yang menyetu­juinya juga dianggap pelaku bid'ah dan sesat?

Di antara contoh bid'ah terpuji adalah mendirikan shalat tahajud berjamaah pada setiap malam selama bulan Ramadhan di Mekkah dan Madinah, mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat tarawih dan lain-lain. Semua perbuatan itu bisa dianalogikan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan syarat semua perbuatan itu tidak diboncengi perbuatan-perbuatan yang diharamkan atau pun dilarang oleh agama. Sebaliknya, perbuatan itu harus mengandung perkara-perkara baik seperti mengingat Allah dan hal-hal mubah.

Jika kita menerima pendapat orang-orang yang menganggap semua bid'ah adalah sesat, seharusnya kita juga konsekuen dengan tidak menerima pembukuan Al-Qur'an dalam satu mushaf, tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah dan mengharamkan adzan dua kali pada hari Jumat serta menganggap semua sahabat tersebut sebagai orang-­orang yang berbuat bid'ah dan sesat.

(seperti ditulis oleh KH. AN. Nuril Huda Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dalam "Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) Menjawab", dan oleh Dr.Oemar Abdallah Kemel Ulama Mesir kelahiran Makkah al-Mukarromah Dari karyanya "Kalimatun Hadi’ah fil Bid’ah" yang diterjemahkan oleh PP Lakpesdam NU dengan "Kenapa Takut Bid’ah?")   

2012/08/09

Tentang Istiqomah



Beberapa hari yang lalu, saya duduk satu majlis dengan kiyai Kholil Khozin, mantan khadam kiyai Zubair, Sarang yang sekarang mengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Jombang, dalam sebuah acara tasyakuran haji seorang teman. 

Ada sedikit cerita darinya; kebiasaan kiyai Zubair setiap harinya adalah ngantor di mushalla mulai subuh hingga jam 12 malam. Beliau tidak pernah keluar dari musholla, dan yang dikerjakannya adalah mulang ngaji beberapa kitab.  Makannya dikirim oleh Bu Nyai dari rumah.

Sekali waktu pada jam tiga sore Mbah Zubair menyempatkan diri menengok sawah tadah hujannya. Bisa dibayangkan, betapa waktunya sangat tercurah untuk ilmu dan ibadah vertikal dengan Sang Khaliq.

Saya melihat fenomena gunung es dari sejarah kiyai utun yang jarang tersentuh oleh media. Kiyai Fattah sendiri tidak akan sedikit muncul ke permukaan, jika saja Gus Dur tidak menyebut-nyebutnya dalam tamsil kearifan pendidiknya.

Karena, mereka konsisten dengan pola hidup yang sangat terbatas dan berfokus di dunia ilmu pengetahuan. Disela-sela waktunya diisi dengan acara mencari penghasilan, dan kegiatan bermasyarakat dengan porsi yang sangat terbatas. Karenanya, sepak terjangnya jarang menjadi berita.

Dan ini menjadi pintu masuk untuk mempelajari keramat dari beristiqomah. Menurut salah seorang idola saya, “Jaman sekarang orang lebih suka dikenal sebagai orang yang mempunyai keramat daripada dikenal sebagai orang yang istiqamah. Padahal Istiqomah itu keutamaannya lebih dari seribu keramat (al-hadits).”

Dari berbagai sumber yang kami gali,  tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa kiyai Fattah itu hafal Al Qur’an.Karena beliau tidak pernah secara khusus menghafalkannya. Tapi, dalam wawancara saya dengan kiyai Nur Cholish Kholili Baqir, Probolonggo - pada akhir bulan September kemarin- tergambar jelas bahwa bagi beliau Al Qur’an adalah santapan setiap harinya. Sepertinya ayat-ayat Al Qur’an ada diluar kepala.

Pada setiap  ngaji kilatan di bulan Ramadlan, kiyai Fattah pasti mengkhatamkan Al Qur’an bil makna(Pembacaan Al Qur’an plus makna gandul) pada hari ke 14 dengan rata-rata waktu pengajian selama 1 jam setiap harinnya.

Pada suatu hari, seorang bernama Da’im (beralamat di desa Blimbing, kecamatan Ngoro, Jombang)  utusan dari “Percetakan Kitab Salim Nabhan,” Surabaya membawa satu bendel naskah Al Qur’an untuk dimintakan koreksi  kepada beliau. Beliau butuh menyelesaikannya dalam waktu satu jam.

Pernah suatu kali beliau khatal Al Qur’an dalam waktu 2 jam secara tartil. Seperti tidak masuk akal. Padahal jarum jam tidak berhenti berputar. Dan sejak melakukan penelitian tentang jejak beliau, hati saya barutuma’ninah; bahwa tentang kisah Imam Nawawi yang bisa khatam Al Qur’an antara waktu maghrib sampai isya adalah benar adanya. Bukan legenda belaka.

Kesimpulan saya, inilah yang dinamakan barokahnya waktu. Ada satu dua orang kekasihNya yang mendapat karunia itu.

Tapi bagi saya, istiqomah itu mudah diucapan, masih sulit untuk didapatkan. Apalagi Mbak Istiqomah, ia sudah dikawin oleh Cak Slamet. Ijab kabulnya sudah dilaksanakan.

ditulis oleh : Mahrus Husain
sumber : kilk disini

Cinta Sejati Tak Harus Memiliki


Shahabat Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan, pilihan sebagai pendamping hidup yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya.

Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud
Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan;

Reaksi Salman???. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Subhanallah.........Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih,merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya.

Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan.....Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian, dalam ungkapan Jawanya, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami.

Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis..

dari : Jalan Cinta Para pejuang - Salim A. Fill
sumber : Klik disini